IIGF
Best Practice Penerapan Track Access Charge (TAC) untuk Indonesia
Chapter 9

Best Practice Penerapan Track Access Charge (TAC) untuk Indonesia

Meningkatnya minat masyarakat dan perhatian pemerintah terhadap moda transportasi Kereta Api (KA) menuntut adanya kebijakan pembiayaan yang lebih adil dan efisien, khususnya terkait Track Access Charge (TAC). TAC merupakan biaya yang dibebankan kepada operator atas penggunaan jalur rel milik negara. Biaya ini kemudian digunakan untuk mendanai pemeliharaan, pengembangan, serta investasi prasarana KA. Namun dalam praktiknya, perhitungan TAC dinilai belum sepenuhnya adil karena tidak mempertimbangkan frekuensi pemakaian jalur dan tidak menerapkan prinsip pengurangan atas biaya operasional dan pemeliharaan (net-off). Belum adanya pemisahan yang jelas antara aset negara dan aset operator, seperti dalam kasus jalur KA Kertapati–Muara Enim, semakin memperumit tata kelola dan perhitungan pembiayaan TAC. Oleh sebab itu, kebijakan TAC perlu direformulasi dengan mempertimbangkan eksternalitas positif angkutan KA serta membedakan antara layanan KA komersial dan nonkomersial. Pemerintah juga harus mempromosikan secara aktif penggunaan KA untuk angkutan barang guna mengurangi beban jalan raya. Ke depan, pelibatan pihak swasta melalui skema Public-Private Partnership dapat menjadi opsi strategis untuk memperluas layanan KA, dengan tetap mengedepankan intervensi negara dalam penyediaan infrastruktur dasar, khususnya di wilayah-wilayah yang belum terjangkau dan terlayani dengan fasilitas perkeretaapian.

First Published: 31 Agustus 2025
Author:
Tri Tjahjono
Nuzul Achjar
Pages:
176 s.d 189
Maximize
3 Article Viewed
Download
Best Practice Penerapan Track Access Charge (TAC) untuk Indonesia
PDF File. 769 KB 0 Download
Register To Download

Other Chapters

  • Chapter 1 : Alokasi Risiko dalam Proyek KPS: Studi Kasus Proyek Terminal Bus Antarkota di Giwangan Yogyakarta
  • Chapter 2 : Optimalisasi Kapasitas Lembaga Terkait dalam Rangka Mitigasi Risiko Proyek KPS Air Minum dengan Tinjauan Risiko Ketersediaan Air Baku: Studi Kasus Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Pemerintah Kabupaten Tangerang
  • Chapter 3 : Pengadaan Tanah bagi Pengembangan Infrastruktur di Indonesia: Studi Kasus Jalan Tol Kanci-Pejagan
  • Chapter 4 : Penugasan BUMN sebagai PJPK untuk Proyek KPS: Studi Kasus Pembangunan Terminal Peti Kemas Kalibaru oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)
  • Chapter 5 : Mitigasi Risiko Pendanaan Swasta untuk Pembangunan Infrastruktur: Studi Kasus: PT Jakarta Monorail
  • Chapter 6 : Mitigasi Risiko Utang untuk Pembangunan Infrastruktur: Studi Kasus Pembangunan MRT Jakarta
  • Chapter 7 : Peluang Investasi di Sektor Ketenagalistrikan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan: Studi Kasus PLTU Batang di Jawa Tengah
  • Chapter 8 : Reposisi BUMD Pengelola Sanitasi menuju Kota Berketahanan: Studi Kasus DKI Jakarta
  • Chapter 10 : Risiko Investasi Pembangunan Jalan Tol dengan Perkiraan Lalu Lintas Rendah
  • Chapter 11 : Rekonstruksi Pungutan Negara atas Infrastruktur Telekomunikasi
  • Chapter 12 : Aspek Pembiayaan pada Pembangunan Bandar Udara